Pendahuluan
Dari
beberapa buku yang menyatakan bahwa menyebabkan muncul aliran-aliran atau
sekte-sekte, sekte ini lahir di Jepang oleh pendirinya Nichiren Daishonin
(1222-1282) dan yang asal mulanya dari sekte Tendai (Jep.) (T’ien- t’ai).
Nichiren Daishonin, sesudah menobatkan ibu bapaknya masuk kepercayaan baru
itu,dia pergi ke kamakura bermaksud untuk memulai suatu revolusi keagamaan,
beliau adalah seorang bhiksu Jepang yang militan yang tidak sependapat dengan
Buddhism Mahayana yang telah ada di jepang
yaitu sekte-sekte: Amida (Jodo) ,
Zen
(Ch’an) , Shingon (Tantra) , Ritsu (Vinaya) , Tendai (T’ien-t’ai) . ketika
Nicherin Daishonin berbagai rintangan menyebarkan ajaran Nichiren soshu
sehingga pada masa penyebaranya beliau
mempunyai murid , yaitu sebagai pengikut atau sebagai pewaris Nichiren-Soshu,
sehingga berkembang di berbagai Asia termaksud di Indonesia, dan sekitar tahun
1960-an Agama Budha Nichiren Soshu mulai masuk ke indonesia namun hanya di anut
oleh beberapa orang saja itupun penganut asli jepang yang bertugas di Indonesia
baru pada bidang agama, politik dan juga dalam organisasi-organisasi itu hanya
karena timbulnya rasa yang tidak puas dari apa yang ia dapatkan dan juga
perbedaan pandangan yang dianggap sebagai pokok-pokok sebuah ajaran.[1]
1. Sejarah
perkembangan Nichiren Shoshu
Nichiren Shoshu adalah sebuah
aliran Agama Buddha yang berasal dari jepang pada abad ke-13. Yang dipelopori seorang pembaharu yakni
bikhsu Nichiren Daishonin (1222-1282).
Sekte Nichiren Shoshu ini berpusat di Taisikiji, Fujinomia, propinsi
Shizuoka, Jepang. Sekte ini juga
menjadikan pewaris Dharma kedua, Nikko Shonin, dan pewaris Dharma ketiga,
Nichimoku Shonin, sebagai sebagai
pendiri sekte Nichiren Shoshu.
Agama
Buddha menyebar dari india ke Tiongkok, lalu ke korea lalu masuk ke-jepang.
Berbeda dengan Agama lain, agama Buddha sangat terbuka alias terus terang
mengungkapkan dasar pokok pendirian sektenya,
atau alasan Buddhalogisnya. Dalam
terminologi buddhisme dinamakan dasar sutra. Sutra adalah catatan tertulis dari
ajaran sang buddha Sakyamuni, dan jumlahnya mencapai puluhan ribu. Secara
logika tentunya teramat sulit untuk mengetahui apa lagi memahami dan menguasai
semua sutra-sutra itu. Sehingga secara aktual penganut awan Buddhisme biasanya
mengacu kepada Bhikhsu sebagai guru Dharma pribadi masing-masing .setelah sang
Buddha Sakyamuni meninggal, Air Dharma diwariskan kepada Ananda, dan ananda
mewariskan kepada penerus-penerus berikutnya antara lain Nagarjuna Vashubandu,
Tien Ta’i, Dengyo dan seterusnya.kalau dilihat dari dasar Buddhalogi, Nichiren
Shoshu berawal dari Saddharma Pundarika Sustra versi terjemahan dari
Kumarajiva, serta sastra Ichinen Sanzen, Hokke Mong-gu, dan Hokke Geng-gi karya
maha guru Tien Ta’i, maha guru Mio lo, maha guru Dengyo.
Sastra
adalah penjelasan, penguraiaan, pemaknan dari sebuah sutra. Kumarajiva adalah
seorang bhikku dari india yang menyebarkan agama Buddha ke Tiongkok, Biliau adalah salah satu
peterjemah sutra dari bahasa sanskerta ke dalam bahasa Tionghai yang sangat
terkenal dan terpecaya. Kumarajiva diyakini mampu “memindahkan” makna sutra dari bahasa
sanskerta ke bahasa Tionghai dan karya agung beliau tersebut sampai saat inin
masih ada dan masih ditertipkan dalam buku di Jepang dan Taiwan. Sebagai “bukti’ hal
tersebut ketika beliau wafat dan kremasi, lidah beliau, tidak bisa terbakar.
Di
Tiongkok,Mahaguru Tien T’ai menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Dalam
bahasa Tionghoa Saddharma Pundarika Ssutra disebut Miao Hua Lien Hwa Cing dan
dalam bahasa Jepang dibaca Myohorengekyo. Sutra Saddharma Pundarika adalah ajaran Buddha Sakyamuni mazhab Mahayana. Dari
Tiongkok Myohorengekyo atau Saddharm Pundarika sutrsa atau disebarkan ke jepang
oleh maha guru Dengyo.
Buddha
Nichiren Daishsonin terlahir denga nama Zannichi Maro pada tanggal 16 Februari
1222 di desa kecil kominato, Provinsi Awa
(sekarang daerah Chiba) Jepang.
Sejak usia 12 tahun Zennichi Maro masuk ke kuil untuk menjadi bhikkhu. Pada
usia 16 tahun dia ditasbihkan menjadi bhikkhu dengan nama Zhezo –bo Renco.
Setelah
lebih 20 tahun mempelajari berbagai sutra dari sekte-sekte di berbagai kuil,
maka beliau berkesimpulan hanya Saddharma Pundarika sutra yang merupakan
sebagai ajaran terpokok dari Buddha Sakyamuni yang bisa menyelamatkan umat
manusia dari dari berbagai penderitaan hidup dan mati. Sejak itu beliau
menyebut diri Nichiren. Bertujuan untuk
mengembalikan ajaran Buddha kepada bentuk yang murni yang akan menjadikanya dasar dari
perbaikan masyarakat Jepang, dan menolak ritualisme dan
sintementalisame aliran tanah sucih,
melahan semua kesalahan, agresif, patriotis tetapi eksklusif. [2] Pemimpin
yang memiliki karismatik. Ia mengajarnya bahwa keselamatan dapat didapat atau
di capai dengan mengucapkan dengan kata-kata suci. Beliau juga tidak ragu-ragu
untuk mengkritik orang lain. Dengan
menpunyai spiritual yang tinggi ia dapat mengetahui tentang ramalan bahwa
bangsa mongo; akan kerajaan Jepang.
Nichiren
mula-mula mempelajari agama Buddha melalui ajaran-ajaran sekte tendai.dari hasil studinya itu , ia
menyadari bahwa agama Buddha sudah terpecah-pecah
dan memperlemah dasar dengan munculnya beranekan macam sekte dan oleh
keingina-duniawi para pendeta agama Buddha. [3] Ia
beranggapan bahwa semua sekte itu telah menyimpang dari ajaran Sakyamuni yang
asli karena itu tujuan utama Nichiren adalah mengembalikan agama buddha kepada
bentuknya yang murni yang akan di
jadikan dasar perbaikan Masyarakat.
Nichiren berkeyakinan bahwa ajaran Buddha yang murni
hanya terdapat dalam lotus sutra yang ditulis beberapa abab sesudah masa
sakyumi. Kitab sutra tersebut kemudian dijadikan kitab utama yang menjadi dasar ajaran yang di
kemukakanya.
2. Ajaran-ajaran
Nichiren Shoshu
Pada
usia 23 tahun, ia kembali menuju Seichoji. Pada tanggal 28 April 1253, ia
memberikan cerama mengenai hasil terpenting dari studinnya selama ini kepada
para Sangha dan para petani yang telah berkumpul di Seichoji dalam ceramah
tersebut ia mendeglarasikan bahwa Nammyohorengekyo adalah satu-satunya ajaran dimasa mutakhir yang dapat membimbing
umat manusia menuju pencapaian Buddha pada masa hidupnya.
Dalam
kesempatan itu ia memproklamirkan dirinya dirinya sebagai Bhikku muda Nicherin
Doisyonin pendiri agama Buddha Nicherin Shoshu. Kata Nicherin artinya matahari
dan Ren artinya teratai. Jadi Nichiren adalah Teratai Matahari. Selanjutnya ia
mendapatkan gelar penghargaan dariumatnya “Daisyonin” yang artinya gelar
kehormatan besar bagi kebijaksanaan dan kesuciaan. Dengan deklarasi itu Nicherin menolak
faham-faham yang selama iniyang berkembang di Jepang dan mengecam keras sekte
Buddha lainya. Seperti Amidaisme, zen, Nembutsu, shigon dan ritsu. Menurutnya
semua faham tersebut telah menyebabkan ketidakbahagiaan umat manusia. Nicherin ingin mengembalikan agama Buddha
kepada ajaran murni yang dijadikan dasar perbaikan masyarakatan.
Pada
bulan juli 1257 tahun Jepang dilanda bencana alam yang sangat hebat. Gempa
silih berganti, kemarau yang berkempanjangan, kelaparan dan wabah penyakit yang
menjangkit hampir di seluruh negeri senhingga menghasilkan banyak korban. Pemerintah kebingungan dan do’a-do’a yang
dikirimkan dari kuil dan para bhikku semua tidak efektif dan tidak mampu
menghentikan bencana. Nicherin doisyonin
menyiapkan bukti dokumentasi mengenai sebab-sebab terjadinya mala petaka
terssebut dan kebijaksanaan untuk menyelesaikan berdasarkan faham ajaran
Buddha, dengandengan mengadakan riset. Pada tanggal 16 juli 1260, Nicherin
Doisyonin mengerjakan tesis yang berjudul “Risho Ankoku
Ron” yang artinya “ menegakkan hukum sakti, serta menentramkan dan
menyesejahterakan masyarakat” dalam
tesis ini ia menjelaskan bahwa terjadinya malapetaka diseleru negeri disebabkan
karena bangsa jepang mefitna Hukum Sakti atau hukum yang benar dan percaya
kepada ajaran yang yaitu percaya kepada Buddha Amida. Kemudian pada tesisnya juga meramalkan bahwa
dua bencana besar akan menumpa Jepang,yaitu invasi luar negeri dan perang
saudara akan semakin meluas, namun Nicherin juga memberikan harapan bahwa jika
pola kehidupan masyarakat Jepang sesuai dengan hukum yang benar, maka kedamaian
dan kesentosaan akan memberkai negara, akan tatapi pemerintah tidak
menghiraukan peringatan dan harapan itu, bahkan pada tanggal 27 agustus 1260
pemerintah bekerjasama dengan para Bhikku Nembutsu untuk membunuh Nicherin
Doisyonin, namun Nicherin Doisyonin berhasil selamat. Pada tanggal 18 januari
1268 surat Kubilai Khan tiba di Jepang dengan tuntunan Jepang harus takluk pada kerajaan mongol dan
membayar upeti atau akan diserang apabilatidak memenuhi tuntunan tersebut. Surat dari kerajaan mongol menjadikan bukti dari
ramalan Nicherin Doisyonin, kemudian ia mengirim surat kepada pemerintah agar
kembali ke prinsip Risso Aknkoku Ron. Dan mendesak agar meninggalkan kepercayaannya yang sesat serta meminta untuk
membuktikan ajarannya.
Pada
tahaun 1271 seluruh negeri dilanda kemarau yang sangat panjang,dari pemerintah meminta Ryokan dari kuil Gokuraku, seorang
Bhikku dari dari sekte Shigon-Ritsu untuk berdo’a agar turun hujan, mendengar
hal ini Nicherin Doisyonin menentang Ryokan bahwa beliau bersedia menjadi murid
Ryokan jika ia berhasi lmenurunkan hujan, tapi sebaliknya apabilah ia gagal
maka Ryokan akan menjadi muridn Nicherin
Doisyonin. Namun do’a yang di bacakan Ryokan tidak berhasil menurunkan
hujan dan dia tidak memenuhi janjinya.
Nam-myoho-renge-kyo
Nam-myoho-renge-kyo:yang
berarti aku mengabdikan diriku terhadap kebenaran falsafah hidup yang tak
terkatakan kedalam dan keindahannya yang dijelaskan didalam Sutra Teratai yang
mengandung ajaran Buddha yang paling luhur” [4]
Dengan kata lain mengabdikan dirinya
terhadap semua realitas hidup kepada alam semesta.
Nicherin Doisyonin berpendapat bahwa hanya dengan
menyatu dengan alam semesta akan mencapai kebahagiaan mutlak. Kata Nam-myoho-renge-kyo bukan hanya
semata-semata becaan akan tetapi seperti do’a yang akan berdampak kepada
perbuatan.
Gohonzon
Gohonzon adalah
sesuatu yang menjadi pusat pemujaan yang telah diajarkan Nicherin Doisyonin
yang di amanatkan kepada setiap yang percaya kepada Nicherin dan
ajaran-ajarannya yang benar. Sebagai
suatu benda pusat pemujaan bagi semua orang dimana saja, dia mengukir
Dai-Gohonzon agung. Yang kini di tempatkan di ruangan utama Sho-Hondo dari
Daisheki-ji, kuil utama Nicherin Shoshu
siapapun yang bertawakal pada Dai-Gohonzon dan mengucapkan Nam-myoko-kyo kepadanya maka dia akan merasa
roh individuhnnya akan menyatuh dengan roh semesta.
Teori Kaidan
Kaidan
adalah suatu balai Bdhis tempat calon para pendeta mengangkat nadar
keagamaan. Dalam ajaran Budhisme Nichiren Doisyonin kaidan merupakan tempat
pusat pemujaan dimana semua orang dapat menyatakan kebulatan tekat mereka untuk
mengubah hidup mereka untuk memperbaiki diri dan seluru umat manusia dengan
cara membersihkan karma yang menyedihkan melalui kekuatan Dai-Gohonzo yaag maha
besar.
3. Nichiren Shoshu di Indonesia
Nichiren
Shoshu mulai berkembang luas di Jepang ,setelah Perang Dunia II di bawah pendudukan
tentara amerika, yang membebaskan
kehidupan beragama[5].
Para penganut membentuk organisasi masa umat awan bernama Sokagakai dan
kemudian menjadi wadah dan motor penggerak penyiaran agama ini. Pada awalnya agama Buddha Nichiren Shoshu
Indonesia masih dianut oleh orang Jepang yang bertugas di indonesia pada tahun
1950-an. Pada saat itu penganutnnya
hanya terdiri dari beberapa keluarga saja.
Pada tahun 1960-an mulai membentuk pertemuan-pertemuan diskusi untuk
mempelajari agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia dan mendapatkan banyak
pengikut.
Shintaro
Noda, pegawai Nissho Iwai, sejak tahun 1920-an telah menetap di Indonesia,
sempat menjadi tawanan tentara sekutu
Jawa dan Australia, dan karena itu menderita berbagai penyakit, akhirnya
di pulangkan tentara ke Jepang. Di
jepang beliau bergabung dengan Sokkagakai dan menganut Nichiren Shoshu berhasil
dari sembuh penyakit.
Pada
akhir tahun 1940 akhir Shintaro Noda, anggota Sokkagakai, pegawai Nissho Iwai
kembali bertugas di Indonesia dan sekaligus menjadi penyiar agama Nichiren
Shoshu sekaligus pimpinan Nichiren Shoshu sampai awal tahun1970-an dan secara
organisatoris berafiliasi kepada Sokkagakai dan kemudian hari membentuk
Sokagakkai internasional.
Pemerinta
Orde Baru yang diskriminatif, mengkatagorikan semua agama Buddha sebagai
unsur-unsur budaya Tionghoa yang tidak boleh berkembang dan segala kegitannya
harus diawasi menimbulkan berbagai goncangan.
Terpaksa di buat yayasan Nichiren Shoshu Indonesia pada tahun 1967 yang
sebenarnya dipimpin oleh bukan umat Nichiren melainkan saudara sepupuh dari
seorang penganut , kondisi ini akhirnya meninbulkan kekacauan kepemimpinan
karena pimpinan de facto Shintaro Noda berkewarganegaraan jepang tidak dapat
menjadi pemimpin de jure. Akhirnya pada awal tahun 1970-an Shintaro Node
disingkirkan dari kepemimpinan, dan munculah pimpinan baru,Senosoenoto, suami
dari Kaiko Sakurai seorang anggota soksgakkai.
Di
kemudin hari Senosoenoto berhasil mengajak kawannya Ir Soekarno,seorang mantan
menteri pada masa Orde Lama, menjadi penganut dan kemudian menjadi sala satu
pucuk pimpinan NSI, Soekarno sangat
aktif dalam organisasi agama Buddha di Indonesia, mewakili
NSI menjadi pendiri organisasi yang sekarang bernama WALUBI, Soekarno
wafat pada tahun 1981.
WALUBI
merupakan wadah tunggal agama Buddha, berbentuk federasi dan bersifat
konsultatif dan koordinatif [6].
WALUBI merupakan partner pemerintah dalam memberikan bimbingan serta dalam
menyelesaikan berbagai masalah agama dan umat Buddha yang timbul dan terjadi di
masyarakat. WALUBI mempunyai anggota 3 Sangha dan 7 Majelis yang terdiri atas :
a) Sangha
Agung Indonesia
b) Sangha
Theravada Indonesia
c) Sangha
Mahayana Indonesia
Majelis
1) Majelis
Upasaka Pandita Agama Buddha Indonesia (MUABI) yang setelah Kongres Umat Buddha
Indonesia
2) Majelis
Pandita Buddha Dhamma Indonesia
3) Majelis
Dharma Duta Kasogatan, yang kemudian bernama majelis Kasogatan Tantrayana
Indonesia
4) Majelis
Pandita Buddha Maitreya Indonesia
5) Majelis
Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia
6) Majelis
Agama Buddha Mahayana Indonesia
7) Majelis
rohaniawan Tri Dharma Seluruh Indonesia
Pada
tanggal 8 – 11 juli 1986 di jakarta diadakan Kongres I WALUBI yang pembukaanya
dilakukan di Balai Sidang Senayan dan Presiden Sueharto berkenan membuka
kongres ini. Dalam kongres ini tersususn pengurus baru yang di ketahui oleh
Bhikku Girirakkho Mahathera. Pada tanggal 8 juli 1987 diadakan sidang Khussu
Widyeka Sabha WALUBI tanggal 9 – 10 juli 1987 Widyeka Sabha WAALUBI telah
mengambil keputusan bulat mengenai NSI (Nichiren Shoshu Indonesia) dengan tidak
mengakuinya sebagai majelis agama Buddha karena antara lain :
NSI
berisi ajaran dan doktrin yang menyimpang atau menyeleweng agama Buddha yang
berpedoman pada Kitab suci Tripitaka/Tipitaka secara utuh terpaduh sebagaimana
yang diajarkan oleh Buddha Gaotama /Sakyamuni. Keputusan ini dilaksanakan olekh
DPP WALUBI melalui pernyataan DPP WALUBI
No. 01/ DPP /Sangha dan enam majelis agama Buddha.
4. Perpecahan
N ichiren Shoshu di Indonesia
Sejak
akhir tahun 1970 sampai pertengan tahun 1980,[7] NSI
berkembang dan mencapai puncak kejayaannya. Sebagaimana umumnnya perkembangan organsasi,
bilamana telah berkembang pesat, maka pada tahap-tahap tertentu muncul masalah
rule of the game, management asset/financial,dan mekanisme
pertanggungjawaban kepemimpinan
organisasi. Tahun 1986 muncul usulan dan
tuntunan untuk membuat AD dan ART NS,
yang memang belum ada. Draf AD ART disusun dan di buat oleh 9 orang atas
permintaan Senosoenoto,yang dikemudian hari di kenal sebagai kelompok 9.
Intisari
kelompok sembilan ini tidak terakomodasi, mereka disingkirkan, AD,
ART, NSI, tak kunjung terwujud,merka lalu membuat
yayasan visistakaritra pada tanggal 16 februari 1987, sehubungan dengan
ketentuan undang-undang tentang yayasan di kemudian hari di bentuk yayasan
visistakaritra, yang dimaksud untuk melanjutkan kegiatan visistakaritra sampai
saat ini, dan secara subyektif berorientasi pada Sangha Nichiren Shoshu.
NSI
sendiri sepeninggalan almarhum Senosoenoto, terpecah 2 karena adanya perbedaan
pandangan mengenai siapa yang akan menjadi ketua umum berikutnnya, antara kubu
pendukung wakil ketua umum johan
Nataprawira dan kubu wakil ketua umum kaiko Senosoenoto. Dalam suatu
mukhtamar akhirnya terpilihlah Suhadi
Sendjaja dari kubu johan Nataprwira, dan saat ini masih menjadi ketua umum NSI.
Namun keberadaan ini ditentang oleh Sangha Nichiren Shoshu. Akibatnya sampai
sekarang ini Suhandi Senjaya dikeluarkan dari Nichiren Shoshu dan organisasi
NSI tidak diakui sebagai Ormas penganut Nichiren Shoshu di Indonesia.
Kubu
Kaiko Senosoenoto mendirikan yayasan Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia,
mengangkat anak perempuannya , Aiko sonosoenoto sebagai ketua umum
sampainsekarang ini. (BDI) kemudian
sekitar tahun 2000-an , bersama Sangha
Nichiren Shoshu membentuk yayasan
Pendidikan Sangha Nichiren Shoshu Indonesia yang diketahui oleh mantunnya Keiko
Senosoenoto suminya Aiko Senosoenoto , Rusdy Rukmarata.
Yayasan
Sangha inin “memiliki” dua buah kuil,
Myogan-ji terletak Megamendung
dan Hosei-ji terletak dijakarta kedua kuil tersebut di pimpin kepala kuil Bhikku dari kuil pusat
Taeseki-ji Jepang.
Pada
tahun 1992 terjadi pertikaian antara Sangha Nichiren Shoshu (di Jepang) dengan
Sokagakkai/Sokagakkai internasional, dan berakibat Sokagakkai membentuk sekte
tersendiri dan di beri nama Nichiren Sekai Shu, ke jadian ini juga berimbas ke
indonesia ,sebagai umat Nichiren Shoshu yang ada membentuk kelompok baru
bernama Sokagakkai Indonesia yang
berpusat di kemayoran Jakarta, dan
menjadi penganut sekte Nichiren Sekai Shu, yang tentu saja didukung oleh
Sokagakkai internasional dan Shintaro Noda
Daftar
Pustaka
·
Mukti Ali,
Agama-agama di Dunia, yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga Press,1988, hlm 143
·
T. Suwarto,
Buddha Dharma Mahayana, hlm 520
·
Djam’annuri,
agama jepang, PT Bagus Arafah.
Yogyakarta 1981,hlm,34
·
Dewi Kayana Abadi, Sejarah Perkembangan Agama
Buddha. Jekarta 2003, hlm,339
SEJARAH
NICHIREN SHOSHU DI INDONESIA, AJARANYA DAN TOKOH-TOKOHNYA
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas pada Matakuliah Agama Budha
Oleh
:
WASLAN
ABDUL CHOLIK
1111032100013

JURUSAN
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKART
2013
0 komentar:
Posting Komentar